Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), malas adalah
Sifat malas berperan besar dalam menghambat seseorang dari
tujuan hidupnya. Sifat ini juga sangat sering menyerang remaja, dan serangan
itu bukanlah serangan yang singkat. Bahkan kalau di hari libur, bisa jadi malas
itu melanda satu hari penuh! Lantas, kenapa ini penting untuk dibahas?
Sifat malas ada dalam setiap orang, sehingga tidak sedikit
yang menganggap ini hal biasa, dan pasrah akan kemalasan tersebut. Sejatinya
ini adalah penyakit yang harus dilawan, bukan justru dibiarkan. Apalagi jika
kemalasan itu menyerang sesuatu yang penting seperti masuk sekolah, kuliah,
bahkan ibadah.
Pernah suatu ketika Masykur ditanya oleh teman kosnya, “Kur,
gimana cerita yang kemarin, udah selesai?”
“Belum ada nulis lagi, bro. Lagi malas...”
“Nah, gitu juga aku, Kur. Kadang malas salat, makanya gak
salat.”
Setelah percakapan itu, Masykur langsung mengadu, cerita,
dan mengamini perkataan temannya itu. Bagiku, itu beda kasus. Yang satu masalah biasa, bukan
ibadah wajib, dan satu lagi perkara penting. Salat man... itu wajib. Masa mau pakai alasan malas untuk tidak
mengerjakannya. Tidak ada satupun alasan untuk meninggal salat. Bahkan dalam
keadaan sakit, Allah sudah mengaturnya, Nabi sudah menjelaskan, bagaimana cara
salat dalam keterbatasan.
Namun di sisi lain, perkataan temannya Masykur tersebut
memunculkan sesuatu untuk dipikirkan. Ucapannya “Kadang malas salat, makanya
gak salat,” itu secara tidak langsung mengatakan: rasa malas itu alami, jadi biarkan
saja. Akhirnya muncullah sebuah kesimpulan, untuk menyikapi malas itu boleh saja kalian pasrah. Namun selalu ada
konsekuensi untuk setiap tindakan yang kalian ambil.
Contohnya gini, Masykur malas melanjutkan menulis cerita
fiksinya, konsekuensinya karyanya tidak selesai-selesai. Salasiah malas
sekolah, konsekuensinya tidak naik kelas. Lipas malas bernapas, konsekuensinya
mati. Fulan malas salat, konsekuensinya dosa. Dan seterusnya.
Lalu, bagaimana mengatasi malas? Banyak cara untuk mengatasi
malas, seorang temanku mengatakan dengan cara mencari tahu penyebabnya, malas
bisa dihilangkan dengan menghilangkan penyebab datangnya rasa malas tersebut.
Kalau kiat dariku, kembali tengok tujuan dari sesuatu yang
kalian malas melakukannya. Misalnya kayak si Masykur yang sedang malas menulis,
tujuan Masykur menulis apa? Coba ingat-ingat, Kur. Sudah ingat? Nah, dengan
mengingat lagi tujuan tersebut, maka kita akan termotivasi lagi untuk
melakukannya. Kecuali tujuan itu memang bukan sesuatu yang penting. Berarti
emang dari awal orang tersebut menyia-nyiakan waktu untuk sesuatu yang tidak
penting. Maka bukan masalah jika memang tidak dilakukan.
Intinya, malas yang berbahaya itu adalah malas yang
mengakibatkan produktifitas menurun, atau menjauhkan diri dari kebaikan. Malas
yang seperti inilah yang harus dihilangkan, paksa aja tubuh untuk melakukannya.
Jangan terpengaruh oleh perkataan teman kalian yang mungkin nadanya semacam
gini: Udah gak usah aja. Daripada gak iklas ngelakuinnya, mending gak usah!
Kalimat semacam itu tuh... aku ragu kalau itu seorang teman.
Karena teman itu adalah orang yang mendukung dalam kebaikan, dan tidak tinggal
diam saat tahu kamu menuju pada kerugian.
#BrowniesHampirBasiUntukRemajaMasaKini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar