Sabtu, 06 Juni 2015

Tentang Malas

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), malas adalah

Sifat malas berperan besar dalam menghambat seseorang dari tujuan hidupnya. Sifat ini juga sangat sering menyerang remaja, dan serangan itu bukanlah serangan yang singkat. Bahkan kalau di hari libur, bisa jadi malas itu melanda satu hari penuh! Lantas, kenapa ini penting untuk dibahas?


Sifat malas ada dalam setiap orang, sehingga tidak sedikit yang menganggap ini hal biasa, dan pasrah akan kemalasan tersebut. Sejatinya ini adalah penyakit yang harus dilawan, bukan justru dibiarkan. Apalagi jika kemalasan itu menyerang sesuatu yang penting seperti masuk sekolah, kuliah, bahkan ibadah.

Pernah suatu ketika Masykur ditanya oleh teman kosnya, “Kur, gimana cerita yang kemarin, udah selesai?”

“Belum ada nulis lagi, bro. Lagi malas...”

“Nah, gitu juga aku, Kur. Kadang malas salat, makanya gak salat.”

Setelah percakapan itu, Masykur langsung mengadu, cerita, dan mengamini perkataan temannya itu. Bagiku, itu beda kasus. Yang satu masalah biasa, bukan ibadah wajib, dan satu lagi perkara penting. Salat man... itu wajib. Masa mau pakai alasan malas untuk tidak mengerjakannya. Tidak ada satupun alasan untuk meninggal salat. Bahkan dalam keadaan sakit, Allah sudah mengaturnya, Nabi sudah menjelaskan, bagaimana cara salat dalam keterbatasan.

Namun di sisi lain, perkataan temannya Masykur tersebut memunculkan sesuatu untuk dipikirkan. Ucapannya “Kadang malas salat, makanya gak salat,” itu secara tidak langsung mengatakan: rasa malas itu alami, jadi biarkan saja. Akhirnya muncullah sebuah kesimpulan, untuk menyikapi malas itu boleh saja kalian pasrah. Namun selalu ada konsekuensi untuk setiap tindakan yang kalian ambil.

Contohnya gini, Masykur malas melanjutkan menulis cerita fiksinya, konsekuensinya karyanya tidak selesai-selesai. Salasiah malas sekolah, konsekuensinya tidak naik kelas. Lipas malas bernapas, konsekuensinya mati. Fulan malas salat, konsekuensinya dosa. Dan seterusnya.

Lalu, bagaimana mengatasi malas? Banyak cara untuk mengatasi malas, seorang temanku mengatakan dengan cara mencari tahu penyebabnya, malas bisa dihilangkan dengan menghilangkan penyebab datangnya rasa malas tersebut.

Kalau kiat dariku, kembali tengok tujuan dari sesuatu yang kalian malas melakukannya. Misalnya kayak si Masykur yang sedang malas menulis, tujuan Masykur menulis apa? Coba ingat-ingat, Kur. Sudah ingat? Nah, dengan mengingat lagi tujuan tersebut, maka kita akan termotivasi lagi untuk melakukannya. Kecuali tujuan itu memang bukan sesuatu yang penting. Berarti emang dari awal orang tersebut menyia-nyiakan waktu untuk sesuatu yang tidak penting. Maka bukan masalah jika memang tidak dilakukan.

Intinya, malas yang berbahaya itu adalah malas yang mengakibatkan produktifitas menurun, atau menjauhkan diri dari kebaikan. Malas yang seperti inilah yang harus dihilangkan, paksa aja tubuh untuk melakukannya. Jangan terpengaruh oleh perkataan teman kalian yang mungkin nadanya semacam gini: Udah gak usah aja. Daripada gak iklas ngelakuinnya, mending gak usah!


Kalimat semacam itu tuh... aku ragu kalau itu seorang teman. Karena teman itu adalah orang yang mendukung dalam kebaikan, dan tidak tinggal diam saat tahu kamu menuju pada kerugian.

#BrowniesHampirBasiUntukRemajaMasaKini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar