Senin, 22 Februari 2016

Kebaya, Simbol Indonesiaku




Gambar 1. Aku menyebut ini kebaya original



Pertama kali aku mengenal kebaya itu dari nenekku. Hampir setiap hari beliau memakai kebaya, namun tentu saja kebayanya bukan seperti kebaya yang sering kalian lihat pada saat mahasiswi wisuda atau orang-orang di kondangan. Kebaya yang beliau kenakan sederhana, bukan desainan desainer ternama, tanpa peyet, dan kain tipis, dan tentu saja beliau mengenakan pakaian dalam lagi. Untuk pakaian bawahnya beliau mengenakan sarung batik, yang kebanyakannya pemberian dari orang-orang yang sering menggunakan jasa pijat beliau. Karena nenek saya muslim, beliau mengenakan semacam kerudung yang dililit sekedarnya di kepala beliau (gaya remaja putri masa kini).


Melihat perkembangan kebaya masa kini, terlebih kebijakan beberapa kampus yang menerapkan pemakaian kebaya pada wisudawatinya, membuat saya tertarik untuk mencari tahu lebih dalam tentang pakaian adat Indonesia yang satu ini.

Kebaya adalah blus tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia yang terbuat dari bahan tipis yang dikenakan dengan sarung, batik, atau pakaian rajutan tradisional lainnya seperti songket dengan motif warna-warni. Asal kata kebaya berasal dari kata arab abaya yang berarti pakaian.

Sekitar tahun 1500-1600 M, di pulau Jawa kebaya adalah pakaian yang hanya digunakan oleh anggota kerajaan Jawa. Selama masa kendali Belanda di pulau itu, wanita-wanita Eropa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi. Selama masa ini pula, kebaya diubah dari hanya menggunakan bahan tenunan mori menggunakan sutra, menjadi sulaman warna-warni.

Pada masa itu, terdapat satu etnis yang disebut Peranakan. Mereka adalah perpaduan dari Tionghoa dengan Pribumi Nusantara yang hidup di Malaka. Kebanyakan dari mereka mempertahankan sebagian besar etnis dan agama asal mereka (seperti pemujaan leluhur), namun juga berasimilasi dengan bahasa dan budaya Melayu. Hingga mereka mengambangkan busana yang disebut Nyonya Kebaya, yaitu baju panjang yang diadaptasi dari Baju Kurung yang merupakan pakaian adat Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand selatan, yang panjang (tertutup) dan longgar (tidak membentuk lekuk tubuh). Nyonya Kebaya ini lah model kebaya yang sering kita jumpai saat ini, dengan model yang semakin variatif.


Gambar 2. Nyonya Kebaya

Bicara tentang pentingnya menjaga kebudayaan, saya rasa ada yang lebih penting dari itu, yaitu agama (keimanan). Apalah artinya budaya jika orangnya tidak mematuhi hukum-hukum dari Zat yang telah menciptakan jasad dan buminya berpijak saat ini.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar